MAKALAH
PSIKOLOGI PERPUSTAKAAN
TEORI-TEORI
MOTIVASI
Disusun
oleh:
FEBRIANA
P. D1809022
FERRY ARIANTO D1809023
FIRMAN ADHI F D1809025
FITRI DIANAWATI D1809026
FITRIANI M.S
D1809027
GRANTINO ONE P. D1809028
HERI SURYO P
D1809029
ILLEGI RIAS MONICA
D1809030
INEKE K.A.
D1809031
INTAN
PERMATA SARI D1809032
D3 PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
Staf
yang memiliki motivasi yang positif akan menghasilkan kinerja yang produktif,
kreatif, dan komitmen terhadap organisasi yang tinggi. Rasa memiliki terhadap
organisasi tentunya akan meningkatkan pelayanan perpustakaan kepada pengguna
perpustakaan. Berikut ini adalah beberapa teori motivasi yang dikemukakan oleh
para ahli psikologi untuk menerangkan mengapa seseorang atau melakukan sesuatu.
A.
TEORI
MOTIVASI ABRAHAM MASLOW
Abraham Maslow
(1908 – 1970) membangun teori motivasi berdasarkan hierarki kebutuhan. Teori
motivasi Abraham Maslow dikemukakan pada tahun 1950-an. Maslow meyakini bahwa
kita mempunyai lima kebutuhan, jika diuraikan akan berurutan sebagai berikut :
1.
Kebutuhan
Fisiologis
Merupakan kebutuhan
dasar yang diperlukan seseorang untuk bertahan hidup, misalnya makanan,
minuman, oksigen, tidur dan lain – lain yang sifatnya kebutuhan fisik. Menurut
teori Maslow, jika kebutuhan – kebutuhan ini muncul maka kita akan termotivasi
untuk memenuhinya.
2.
Kebutuhan
Keamanan
Ketika kebutuhan dasar
terpenuhi, maka kita mulai terpikir dan keamanan, baik secara fisik maupun
secara psikis. Misalnya aman dari marabahaya, aman dalam segi ekonomi seperti
mempunyai pekerjaan tetap, asuransi jiwa ataupun kesehatan. Jika seseorang
merasa jiwanya terancam, maka ia akan berusaha memenuhi kebutuhan ini.
3.
Kebutuhan
Sosial
Ketika kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman terpenuhi, kebutuhan sosial yaitu
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain menjadi penting. Kebutuhan
diterima keluarga dan sahabat, dicintai dan mencintai orang lain merupakan hal
yang kita inginkan.
4.
Kebutuhan
Penghargaan
Kebutuhan berikutnya
adalah kebutuhan akan penghargaan yang mencakup penghargaan terhadap diri
sendiri dan penghargaan orang lain terhadap kita. Pemenuhan terhadap kebutuhan
ini akan menghasilkan rasa percaya diri individu.
5.
Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah
keadaan ketika seorang individu menjadi diri yang diinginkannya. Menurut
Maslow, aktualisasi diri dapat dicapai jika kebutuhan-kebutuhan lainnya dalam
hierarki sudah dipenuhi. Jelas, bahwa aktualisasi diri tidak dapat dicapai jika individu tersebut
selalu merasa lapar. Individu yang sudah mencapai aktualisasi diri akan
merasakan kepuasan dalam hidupnya dan terus berkembang. Perilaku merupakan
refleksi dari pandangan hidupnya. Menurut Maslow hanya sedikit orang yang dapat
mencapai aktualisasi diri dalam hidupnya.
Ada beberapa hal yang
dapat diasumsikan dari teori Maslow ini, diantaranya bahwa :
1. Kebutuhan
disusun berdasarkan urutan kepentingan, urutan yang paling bawah adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan yang paling teratas adalah kebutuhan
aktualisasi diri.
2. Kebutuhan
pada hierarki diatas tidak akan dicari sebelum kebutuhan pada tingkatan di
bawahnya terpuaskan. Jika kita merasa lapar kita termotivasi untuk mendapatkan
makanan. Kebutuhan yang lebih tinggi seperti keamanan dan sosial tidak akan
dicari selama kebutuhan ini belum terpuaskan.
3. Kebutuhan
yang belum terpuaskan akan memotivasi individu untuk melakukan perilaku
tertentu.
4. Ketika
kebutuhan seorang individu sudah terpuaskan maka kebutuhan tersebut tidak akan
memotivasi individu tersebut untuk melakukan perilaku tertentu.
Bagaimana
dengan anda? Pernahkan anda mengalami kebutuhan yang berjenjang dalam kehidupan
Anda? Kebutuhan apa yang saat ini
mendorong Anda untuk melakukan tingkah laku tertentu? Jika kita perhatikan
sekeliling kita, sering kita dapati banyak pengamen yang masih pada usia belia
naik turun bis tanpa peduli dengan keselamatan mereka. Bagi mereka uang receh
yang didapat sangat berharga untuk memenuhi kebutuhan fisiologis mereka
sehingga bagi mereka keamanan bukan hal yang penting. Berbeda dengan orang yang
kebutuhan fisiologis dan keamanannya sudah terpenuhi, maka kebutuhan untuk
diterima dan dihargai oleh orang lain menjadi hal yang penting. Seorang pegawai
yang mempunyai gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan
keamanan, akan mempunyai kebutuhan untuk diterima oleh rekan kerjanya dan
dihargai oleh atasannya. Jika kebutuhan tersebut sudah terpuaskan untuk
pemenuhan untuk tingkatan yang lebih tinggi menjadi kebutuhan yang ingin
dicapai.
B.
TEORI
KEBUTUHAN MC CLELLAND
David
Mc Chelland, profesor psikologi di Harvard
University, mengemukakan teorinya bahwa semua orang memiliki tiga kebutuhan
:
1.
Kebutuhan
Berprestasi (Achievement Needs)
Coba pikirkan tentang diri anda apakah
anda jenis orang yang menganggap berprestasi itu penting (achievement oriented) atau tidak. David Mc Chelland menekankan
bahwa individu memiliki intensitas motivasi yang beragam dalam berprestasi.
Individu yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berprestasi adalah individu yang
termotivasi untuk mengatasi rintangan dan memiliki keinginan yang kuat untuk
sukses dalam hidupnya.
2.
Kebutuhan
Afiliasi (Afilliation Needs)
Kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain (afilliation needs) ini
berkaitan dengan keinginan untuk mempunyai hubungan yang harmonis dengan orang
lain dan kebutuhan untuk diterima oleh
orang lain. Orang yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi suka berinteraksi dengan orang lain dan
mereka suka bekerja pada situasi yang memungkinkan interaksi secara personal.
3.
Kebutuhan
Kekuasaan ( Power Needs)
Pada awalnya Mc Chelland memandang
kekuasaan sebagai suatu hal yang negatif, namun kemudian ia mengatakan bahwa
kebutuhan akan kekuasaan juga sama dengan kebutuhan lainya. Yaiu dapat bersifat
positif dan negatif. Individu yang mempunyai kebutuhan akan kekuasaan yang
tinggi merupakan orang yang berkeinginan untuk mengontrol dan mempengaruhi
orang lain. Orang seperti ini menyukai hal-hal yang bersifat kompetitif dan
berkeinginan untuk menang. Kebutuhan akan kekuasaan dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu kekuasaan yang bersifat personal dan kekuasaan yang bersifat
institusi. Orang yang membutuhakan kekuasaan yang sifatnya personal adalah
orang yang memerintah kepada orang lain dan biasanya tidak disukai oleh orang
lain. Sementara orang yang membutuhkan kekuasaan bersifat institusi adalah
orang yang menginginkan mengorganisasikan upaya-upaya orang lain untuk mencapai
tujuan satu instansi. Pimpinan yang mempunyai kebutuhan kekuasaan yang bersifat
institusi biasanya cenderung lebih efektif dibandingkan dengan manajer yang
memiliki kebutuhan kekuasaan yang beersifat personal.
Menurut
Mc Clelland setiap orang memiliki tiga kebutuhan ini, namun dengan kondisi yang
berbeda. Ada yang memiliki kebutuhan berprestasi lebih tinggi daripada
kebutuhan akan kekuasaan dan afiliasi, tetapi ada juga yang memiliki kebutuhan
akan kekuasaan lebih tinggi daripada kebutuhan lainnya. Ketiga kebutuhan ini
juga bukan bersifat bawaan, tetapi kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang
dipelajari lewat pengalaman dalam kehidupan karena itu kebutuhan-kebutuhan ini
dapat dibangun. Teori Mc Clelland memungkinkan untuk membentuk kebutuhan
individu, pembetukan kebutuhan tersebut dapat dilakukan lewat pelatihan yang
bertujuan untuk mengubah kebutuhan mereka sehingga memberikan nilai positif
pada institusi tempat kerja mereka.
Dalam
setiap organisasi tentunya manajer menginginkan agar pegawai yang bekerja
dibawah arahannya dapat melaksanaka tugas dengan baik. Para manajer yang inigin
mengaplikasikan teori ini perlu memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda oleh karena
itu perlu dimotivasi dengan cara yang berbeda :
1.
Bagi individu yang
mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi maka maajer sebaiknya memberika
tugas-tugas yang menantang namun mempunyai tujuan yang realistis. Staf
perpustakaan yang menguasai teknologi informasi dapat diberikan kepercayaan
untuk menciptakaan software untuk otomasi perpustakaan.
2. Bagi
individu yang mempunyai kebutuhan akan afilasi yang tinggi maka manajer dapat
menciptakan suasana yang bersahabat dan menempatkan mereka pada pekerjaan yang
banyak melakukan interaksi dengan orang lain misalnya pada bagian customer
servis, meja referensi, meja sirkulasi, sehingga mereka dapat terpenuhi
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
3. Bagi
individu yang memiliki kebutuhan terhadap kekuasaan yang tinggi, maka pihak
manajemen perlu memberikan kesempatan kepada individu untuk memberikan tugas
yang memungkinkan pegawai tersebut untuk memberika arahan pada orang lain.
Kepala perpustakaan dapat menunjuk staf perpustakaan untuk menjadi ketua tim
pelaksanaan pengajaran penggunaan online database untuk mahasiswa baru.
C.
TEORI
KEBUTUHAN MC GREGOR
Dalam
bukunya pada tahun 1960 yang berjudul, The
Human Side of Enterprise, Douglas Mc Gregor mengajukan dua teori tentang
pandangan motivasi pegawai. Ia menyebut teorinya sebagai teori X dan teori Y.
Kedua teori ini menunjukkan 2 jenis sikap manajer mengenai para pegawainya.
Teori
X mengasumsikan bahwa individu:
1. Tidak
menyukai pekerjaan dan mencoba untuk menghindarinya. Karena tidak menyukai
pekerjaan, kebanyakan orang harus di kontrol, diarahkan dan di iming-iming
dengan uang, atau diancam dengan hukuman (carrot and stick) untuk menggerakkan mereka
melakukan upaya-upaya yang berarti untuk mencapai tujuan.
2. Tidak
mempunyai ambisi, tidak mempunyai tanggungjawab, lebih baik mengikuti daripada
mengarahkan.
3. Lebih
memikirkan pribadinya sendiri dan tidak memikirkan bagaimana tujuan organisasi
dan tidak menyukai perubahan yang terjadi di organisasi.
4. Tidak
terlalu cerdas.
Teori
Y mengasumsikan bahwa individu:
1. Orang-orang
mempunyai motivasi diri yang baik sehingga mereka dapat mengarahkan diri mereka
untuk mencapai pekerjaannya.
2. Pegawai
adalah orang-orang yang memiliki tanggungjawab, kreativitas, dan imajinatif.
3. Tujuan
organisasi dapat dicapai dengan memberikan para pekerja dengan berbagai bentuk
pujian dan pengakuan terhadap hasil kerja mereka (recognition).
Kedua
teori yang diajarkan Mc. Gregor memiliki pandangan tentang motivasi pegawai
yang bersifat bertolak belakang. Hal ini tentunya akan mempengaruhi sikap
manajer terhadap pegawainya. Manajer yang memegang teori X mempunyai keyakinan
bahwa orang hanya bekerja untuk kebutuhan pada tingkatan bawah yaitu uang dan
mendapatkan rasa aman. Mc. Gregor melihat bahwa teori ini akan berguna bagi
pekerjaan dengan kondisi tertentu misalnya pada pekerjaan yang berulang –
ulang, tidak menarik dan membosankan. Pekerjaan itu biasanya dikerjakan oleh
pegawai dengan kualifikasi pendidikan yang rendah.
Sementara
manajer yang memegang teori Y berpendapat bahwa mengontrol dan mengancam dengan
hukuman bukanlah satu cara untuk membuat orang menjadi lebih produktif. Para
pegawai yang mempunyai komitmen terhadap tujuan organisasi mampu mengarahkan
diri mereka untuk memastikan tugas – tugas yang mereka emban dapat
diselesaikan. Manajer teori Y percaya bahwa motivasi berasal dari dalam diri
seseorang, oleh karena itu pandanganya terhadap staff adalah orang – orang yang
suka bekerja keras dan bbertanggung jawab. Mereka hanya memerlukan dukungan dan
dorongan Mc Gregor percaya bahwa pegawai dari teori Y adalah orang – orang yang
memiliki kemampuan dan mempunyai keinginan untuk terus berkembang. Ia yakin
masing – masing individu dapat mengontrol pengembangan untuk dirinya sendiri
dan berkeinginan untuk berkontribusi untuk mencapai misi organisasi di mana pun
dia bekerja.
Teori
Mc Gregor ini berkaitan erat dengan teori motivasi Maslow yang menyatakan bahwa
manusia merupakan subyek dari beberapa motivasi yang dapat mempengaruhi
perilaku. Mc Gregor meyakini bahwa carrot stick hanya efektif untuk
menstimulasi produksi jika kebutuhan manusia pada kebutuhan bawah (makan,
tenpat tinggal, baju dan keamanan) belum didapatkan. Sementara itu karena pada
kebutuhan pada tingkatan yang lebih tinggi seperti kebutuhan sosial, kebutuhan
akan penghargaan dan aktualisasi diri tidak pernah benar – benar terpuaskan
maka kebutuhan inilah yang perlu diperhatikan agar dapat dijadikan motivator
bagi para pegawai. Menurut Mc Gregor, manajemen organisasi bertanggung jawab
untuk menciptakan suasana dimana orang – orang dapat memenuhi dan memuaskan
kebutuhan – kebutuhan pada tingkatan yang lebih tinggi seperti penghargaan
(esteem), pengakuan (recognition), dan prestasi ( achievement).
Organisasi
yang mengaplikasikan teori Y melakukan beberapa cara untuk mendorong stafnya
mengarahkan potensi diri mereka untuk memajukan institusi tempat mereka
bekerja, diantaranya:
A. Desentralisais,
Bentuk manajemen ini memungkinkan manajer pada tingkatan menengah yang bertugas
di cabang perusahaan dapat lebih bertanggung jawab karena pimpinan di pusat
mendelegasikan beberapa tanggung jawab dan keputusan di tangan kepala cabang.
Pimpinan pada perpustakaan yang menganut system desentralisasi hendaknya
mendelegasikan beberapa tanggung jawab kepada pustakawan yang mengelola cabang
perpustakaan.
B. Job
enlargement, Berarti memperluas ruang lingkup pekerjaan pegawai sehingga
pegaawi tersebut memperoleh variasi dalam pekerjaannya dan variasi tersebut
juga memberikan kesempatan kepadanya untuk memuaskan kebutuhan egonya.
Perluasan pekerjaan bukan hanya yang bersifat menambah beban pekerjaan, tetapi
harus betul-betul pekerjaan yang berarti dan memberikan kepuasan terhadap
pegawai tersebut. Misalnya, pustakawan tingkatan madya diberikan tambahan tugas
untuk melakukan penelitian dan hasil penelitian tersebut dapat dijadikan bahan
evaluasi untuk meningkatkan layanan perpustakaan.
C. Manajemen
partisipasi, Bertanya kepada pegawai dalam proses membuat keputusan akan
menyentuh daya kreativitas mereka dan memberikan mereka kesempatan untuk
mengontrol lingkungan kerja mereka. Proses otomasi di perpustakaan merupakan
aktivitas yang tidak mudah untuk dijalankan. Melibatkan staf untuk memberikan
pendapatnya mengenai software yang akan digunakan diperpustakaan merupakan
bentuk penghargaan kepada staf perpustakaan sehingga mereka akan merasa
dihargai dan ikut terlibat dalam membuat keputusan.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam memahami teori Mc Gregor ini adalah bahwa teori Y
tidak lebih baik dari teori X begitupun sebaliknya. Banyak kasus dimana para
pekerja adalah orang-orang tidak bertanggung jawab dan tidak punya motivasi
sama sekali. Mereka harus diiming-imingi uang dan bonus untuk bekerja. Pada
situasi seperti ini, pimpinan perlu mengontrol pekerjaan bawahannya dengan
cermat, kepercayaan yang diberikan kepada pegawai yang mempunya karakteristik
seperti ini tidak secara otomatis membuat mereka tergerak untuk menyelesaikan
tugasnya. Aplikasi X lebih cepat untuk kondisi pekerja tersebut.
D.
TEORI
HERZBERG
Teori
ini dikemukakan oleh Frederick Herberzg pada akhir tahun limapuluhan. Untuk
memahami motivasi pegawai dalam bekerja, Herbezg melakukan kajian untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja dalam lingkungan pekerjaan yang menyebabkan
kepuasan dan tidak kepuasan. Hezberg melakukan survey terhadap lebih dari dua
ratus insinyur dan akuntan. Hasil penelitiannya menemukan bahwa apa yang
menjadi sumber kepuasan dan sumber ketidakpuasan dalam bekerja ternyata
berbeda. Hezberg menyebut kepuasan sebagai motivator dan sumber ketidakpuasan
sebagai hygiene. Teorinya ini disebut sebagai Motivation Hygiene Theory. Ia
menemukan lima hal yang umumnya merupakan faktor-faktor posisi sebagai sumber
kepuasan dan lima lainnya yang dianggap sebagai faktor-faktor negatif yang
merupakan sumber ketidakpuasan.
Sumber
kepuasan adalah :
1. Prestasi
2. Pengakuan
3. Pekerjaan
itu sendiri
4. Tanggungjawab
5. Kesempatan
untuk maju dan berkembang
Sedangkan
sumber ketidakpuasan adalah :
1. Kebijakan
dan administrasi
2. Supervisi
3. Hubungan
dengan supervisor atau rekan kerja
4. Kondisi
kerja
5. Gaji
Dari
faktor-faktor di atas, kita dapat melihat bahwa sumber kepuasan kebanyakan berkaitan
dengan diri individu yang bersifat internal dan berhubungan dengan pekerjaan
itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor ketidak puasan bukan bersumber dari
pekerjaan tetapi berkaitan dengan ketidak puasan bukan bersumber dari pekerjaan
tetapi berkaitan dengan faktor-faktor di luar pekerjaan. Perbaikan pada
faktor hygiene akan mengurangi
ketidakpuasan namun tidak akan dapat memotifasi pegawai. Misalnya, pekerjaan
petugas referensi yang memberikan layanan kepada para pemakainya. Jika staf
perpustakaan tersebut memberikan kepuasan kepada pemakainya dalam memberikan
rujukan atas pertanyaan pemakai, maka ia akan merasakan kepuasan dan dapat
memotivasi dirinya untuk bekerja lebih
giat. Petugas tersebut memiliki kebanggaan profesional terhadap pekerjaannya. Namun,
jika lingkungan kerjanya menghambat ia dalam memberikan layannanya, seperti
bahan referensi yang tidak up to date, tidak berlangganan online database, maka
ia merupakan sumber ketidakpuasan dalam pekerjaannya. Perbaikan fasilitas
perpustakaan akan mengurangi
ketidakpuasan, namun menurut hezberg hal ini tidak akan memotivasi pegawai.
Beberapa
implikasi dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Pihak
manajemen harus memperhatikan faktor-faktor hygiene sehingga tidak menyebabkan
ketidak puasan bagi para pegawainya. Misalnya, memberikan gaji staf
honorer yang sesuai dengan UMR (Upah
Minimal Regional) atau diatas UMR, memberikan bonus bagi pegawai yang dapat
mencapai target, fasilitas yang memadai untuk bekerja. Pihak manajemen juga
perlu mengakomodasi faktor-faktor intrinsik yang berkaitan dengan pekerjaan itu
sendiri sehingga pegawai menyukai
pekerjaannya. Misalnya, pimpinan yang mengakui secara positif keterampilan yang
dimiliki stafnya dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilannya
dengan mengirim staf tersebut ke pelatihan, seminar, ataupun workshop.
2. Pihak
manajemen dapat melakukan job enrichment atau pengayaan pekerjaan, yaitu ketika
satu pekerjaan didisain untuk memberikan
kesempatan kepada individu untuk berkembang. Hezberg berargumen bahwa job
enrichment diperlukan untuk mendorong motivasi instrinsik seorang pekerja.
Misalnya, otomasi di perpustakaan merupakan kesempatan untuk mendesain ulang
deskripsi pekerjaan pustakawan. Staf referensi yang sudah terbiasa dengan bahan
manual harus meningkatkan keterampilan dirinya untuk mencari bahan referensi di
internet ataupun online database yang dilanggan
di perpustakaan. Keterampilan yang dimilikinya akan memberikan kepuasan
terhadap pekerjaannya.
No comments:
Post a Comment